KH Saiful Islam al-Payage-Jalan Dakwah Anak Papua
Boleh jadi Payage merupakan satu-satunya anak pendeta dari Papua yang kembali ke tanah kelahirannya untuk menyampaikan ajaran Islam. Tak mudah meretas jalan dakwah di Tanah Papua.
Nama aslinya Elimus Payage. Pria kelahiran Papua, 4 April 1979, ini lahir dari keluarga pendeta terkemuka di Papua bernama Simon Payage. Lulus sekolah dasar ia menemukan jalan hidup yang telah digariskan untuknya menjadi seorang dai.
Perjalanan itu dimulai dari perkenalannya dengan seorang pengusaha Muslim di Papua bernama H Baharuddin. Saat itu Payage ingin sekolah di Jawa mengingat minimnya sarana dan fasilitas pendidikan di Papua. “Saya nanti ingin kembali ke Papua dengan membawa pengetahuan yang berguna untuk masyarakat,” ujarnya.
Tahun 1993 Payage dibawa H Baharuddin ke pesantren yang didirikan oleh KH As’ad Syamsul Arifin (alm) di Pesantren Salafiyah Syafi’iyah, Situbondo, Jawa Timur. Di sana ia dipertemukan dengan putra KH As’ad Syamsul Arifin bernama KH Raden Ahmad Fawaid As’ad Syamsul Arifin.
Ternyata kedatangan Payage sudah ditunggu lama oleh pengasuh pesantren tersebut. Dari pembicaraan KH Fawaid dan H Baharuddin, Payage mendengar bahwa KH As’ad pernah berwasiat kepada putranya untuk mendidik anak dari Papua yang akan dijadikan juru dakwah di sana. “Anaknya asli Papua. Kalau sudah alim nanti akan dikirim kembali ke Papua untuk berdakwah di sana,” ujar Payage mengingat pembicaraan itu.
Sejak saat itu nama Payage diganti Saiful Islam dan diangkat menjadi anak asuh KH Fawaid As’ad Syamsul Arifin. Selama di pesantren Saiful diminta sungguh-sungguh belajar ilmu agama sementara biaya sekolah, kebutuhan sehari-sehari dan biaya lain-lain akan ditanggung oleh ayah angkatnya.
Di pesantren itu Saiful sangat giat belajar dan melahap berbagai ilmu pengetahuan mulai dari ilmu al-Qur’an, fikih, tarikh, akhlak dan ilmu tauhid. Ia juga mengenyam pendidikan formal mulai dari madrasah tsanawiyah sampai meraih gelar sarjana (S1) dari Institui Agama Islam Salafiyah Syafi’iyah, Situbondo, Jawa Timur tahun 2006. Tahun 2007 ia sempat dikirim ke Yaman untuk belajar di Pondok Pesantren Darul Musthofah Hadramaut Yaman.
Bakat dan kemampuan Payage di dunia dakwah semakin terasah dengan mengikuti muhadarah (ceramah) di pesantren. Tak heran ketika masih menjadi santri, Saiful sering mendampingi KH Fawaid berceramah ke beberapa daerah serta diminta menggantikannya jika berhalangan hadir.
Talenta dai muda ini semakin bersinar ketika mengikuti Kontes Dai di TPI dan menjadi salah satu peserta terbaik tahun 2005. Berbagai undangan ceramah sering diterimanya baik dari beberapa wilayah di Indonesia sampai ke Hongkong, Brunei Darussaalam, dan Malaysia. “Semua pengalaman luar biasa ini diberikan oleh Allah kepada saya,” ujarnya.
Namun demikian Saiful tetap tidak lupa dengan tugas yang diemban untuk berdakwah di kampung halamannya. Selama berdakwah ke daerah-daerah, Saiful sempat beberapa kali berdakwah di Papua untuk menyampaikan ajaran Islam.
Budaya masyarakat Papua tetap tidak berubah meskipun daerah tersebut telah lama ia tinggalkan. Masyarakat di sana masih makan daging babi, mempercayai kekuatan roh, memakai koteka, berjudi, perang antarsuku dan berbagai kemaksiatan lainnya.
Menurut Saiful, persoalan ini tidak bisa diselesaikan kecuali dengan jalan dakwah. Melalui dakwah itu ia mengenalkan budaya kebersihan, keindahan dan kemuliaan akhlak sesuai dengan ajaran Islam. Dakwah ini dilakukan dengan dua cara yaitu dakwah bil hal dengan mengenalkan mandi, bersuci, tayamum, memandikan mayit, dan menutup aurat. Cara kedua, melakukan safari dakwah ke daerah pedalaman seperti Babo, Bintuni, Kaimana, Wamena, Jayawijaya, Merauke dan daerah-daerah terpencil lain yang belum tersentuh Islam. Dakwah yang dilakukan secara berkelompok ini ditempuh dengan berjalan kali. Jika rombongan kehabisan perbekalan di tengah jalan, mereka hanya bertahan dengan makan daun-daunan serta minum air hutan. “Semua kita lakukan agar masyarakat Papua mengenal Islam dan mendapat manfaat yang besar,” ujar pria yang tengah merintis pesantren di Papua ini.
0 komentar:
Posting Komentar